Tags

blood (7) cancer (9) chemistry (1) eyes (10) for women (7) healty (74) internet (23) kidney (4) life (1) nerve (6) plant (3) repro (12) skin (3) story (1) technology (6) vitamin (10)

Sabtu, 15 November 2014

Inovasi Pendidikan

A. Latar Belakang
Inovasi pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari asa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.dengan pendidikan. Dalam inovasi pendidikan, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua buah model inovasi yang baru yaitu top-down model dan bottom-up model. Top-down model yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama ini. Bottom-up model yaitu model inovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan
Di samping kedua model yang umum tersebut di atas, ada hal lain yang muncul tatkala membahas inovasi pendidikan yaitu kendala-kendala, faktor-faktor seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas, dana, dan lingkup sosial masyarakat. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manusia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Ibrahim (1989) menyatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah (Subandiyah 1992:80).
C. Kendala-kendala dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan menurut Subandiyah (1992:81) adalah:
1. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi,
2. Konflik dan motivasi yang kurang sehat,
3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan,
4. Keuangan (financial) yang tidak terpenuhi,
5. Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi,
6. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.

Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang sedang dan akan dikembangkan, sehingga perubahan dan pembaharuan itu diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan.

D. Penolakan (Resistance)
Setelah memperhatikan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan suatu inovasi pendidikan, misalnya penolakan para guru tentang adanya perubahan kurikulum dan metode belajar-mengajar, maka perlu kiranya masalah tersebut dibahas. Namun sebelumnya, pengertian tentang resisten itu perlu dijelaskan lebih dahulu. Menurut Cambridge International English Dictionary of English bahwa resistance is to fight against (something or someone) to not be changed by or refuse to accept (something). Berdasarkan definisi disimpulkan penolakan (resistance) itu adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak berubah atau diubah atau tidak mau menerima hal tersebut.
Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:
1. Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka,
2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Di samping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal senada diungkapkan pula Day dkk (1987) di mana guru tetap mempertahankan sistem yang ada,
3. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro (1987) yang mengatakan bahwa mismatch between teacher's intention and practice is important barrier to the success of the innovatory program,
4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek di mana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau financial dan keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya wewenang untuk merubahnya,
5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.

Untuk mengatasi masalah dan kendala seperti diuraikan di atas, maka berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan inovasi baru.
F. Tujuan Inovasi Pendidikan
Tindakan mengatur kembali jenis dan mengelompokkan pelajaran, waktu, ruang kelas, cara-cara menyampaikan pelajaran sehingga dengan tenaga, alat, ruang dan waktu yang sama dapat dijangkau jumlah sasaran siswa yang lebih banyak dan dicapainya kualitas yang lebih tinggi merupakan contoh tindakan inovatif. Karena besar dan kompleksnya permasalahan pendidikan sekarang, apalagi pada masa mendatang, dan mengingat keterbatasan dana dan kemampuan yang dimiliki, maka tindakan inovasi atau pembaruan sangatlah diperlukan. Meskipun demikian, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sesuatu yang baru belum tentu baik, maksudnya belum tentu inovatif.
Tujuan utama inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan, yakni kemampuan dari sumber-sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Jadi keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Hal ini harus didukung adanya rincian yang jelas tentang sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin bisa diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi diadakan. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas, dan efektivitas sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya menurut kriteria kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan, dengan menggunakan sumber tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
Tahapan tujuan inovasi pendidikan yakni:
1. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga makin lama pendidikan Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut,
2. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan PT,
3. Mengusahakan peningkatan mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun dewasa ini. Dengan sistem penyampaian yang baru, diharapkan peserta didik menjadi manusia yang aktif, kreatif dan terampil memecahkan masalahnya sendiri,
4. Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.

G. Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakannya Inovasi
Permasalahan yang melatarbelakangi pelaksanaan inovasi pendidikan ialah:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan terjadinya kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia. Sistem pendidikan yang dimiliki dan dilaksanakan di Indonesia belum mampu mengikuti dan mengendalikan kemajuan-kemajuan tersebut sehingga dunia pendidikan belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil kreatif dan aktif yang sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat luas,
2. Pertambahan penduduk. Laju eksploitasi penduduk yang cukup pesat tentunya menuntut adanya perubahan, sekaligus bertambahnya keinginan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang secara kumulatif menuntut tersedianya sarana pendidikan yang memadai. Kenyataan tersebut menyebabkan daya tampung, ruang dan fasilitas pendidikan sangat tidak seimbang. Hal ini menyebabkan sulitnya menentukan bagaimana relevansinya pendidikan dengan dunia kerja sebagai akibat tidak seimbangnya antara output lembaga pendidikan dengan kesempatan yang tersedia,
3. Meningkatnya animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Karena kemajuan IPTEK sehingga mempengaruhi aspirasi masyarakat. Mereka umumnya mendambakan pendidikan yang lebih baik, padahal di satu sisi kesempatan itu sangat terbatas sehingga terjadilah kompetisi atau persaingan yang sangat ketat, maka bermunculanlah sekarang sekolah-sekolah favorit, plus, dan unggulkan,
4. Menurunnya kualitas pendidikan, karena belum mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
5. Kurang adanya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun,
6. Belum mekarnya alat organisasi yang efektif serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang,

Berdasarkan masalah-masalah di atas maka muncul beberapa hal yang mempengaruhi inovasi pendidikan, yakni:
1. Visi terhadap pendidikan
Pendidikan merupakan persoalan asasi bagi manusia. Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan harus dididik akan tumbuh menjadi manusia dewasa dengan proses pendidikan yang dialaminya. Usaha dan tujuan pendidikan dilandasi oleh pandangan hidup orang tua, lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan, masyarakat dan bangsanya. Manusia Indonesia,warga masyarakat dan warga Negara yang lengkap dan utuh harus dipersiapkan sejak anak masih kecil dengan upaya pendidikan. Tujuan pendidikan diabdikan untuk kebahagiaan individu, keselamatan masyarakat, dan kepentingan negara.
Pandangan hidup bangsa menjadi norma pendidikan nasional keseluruhan. Seperti diketahui bahwa kehidupan ini selalu mengalami pergeseran dan peningkatan serta perubahan sesuai dengan waktu, keadaan dan kondisinya. Dengan demikian, pandangan dan harapan orang tua terhadap pendidikan sekarang dapat berbeda dengan pandangan orang terhadap pendidikan masa lampau atau waktu yang akan datang.
2. Faktor pertambahan penduduk
Pertambahan penduduk yang cepat merupakan faktor yang sangat menentukan dan berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan pendidikan sehingga menuntut adanya pembaruan-pembaruan di bidang pendidikan. Banyak masalah pendidikan yang berkaitan erat dengan meledaknya jumlah anak usia sekolah, diantaranya :
a. Kekurangan kesempatan belajar, untuk mengatasinya dengan menciptakan sistem pendidikan yang dapat menampung sebanyak mungkin anak-anak usia sekolah,
b. Masalah kualitas pendidikan, untuk mengatasinya pemerintah berusaha meningkatkan kemampuan guru lewat pelatihan, menambah fasilitas, menambah dana pendidikan, mencari sistem mengajar yang tepat, dan sistem evaluasi yang baik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap,
c. Masalah relevansi, dalam kondisi sekarang sangat dibutuhkan out put pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, terutama dalam hubungannya dengan kesiapan kerja. Hal tersebut lebih jelas dengan digulirkannya konsep link and macth yang salah satu tujuannya mengatasi persoalan relevansi tersebut,
d. Masalah efisiensi dan keefektifan, pendidikan diusahakan agar memperoleh hasil yang baik dengan biaya dan waktu yang sedikit.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara akumulatif dan semakin cepat jalannya, tetapi tidak harus diikuti dengan penambahan kurikulum sekolah di luar kemampuan meskipun kondisi anak didik perlu diperhatikan. Peserta didik pun tidak mungkin mampu mengikuti dan menguasai segenap penemuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan.
4. Tuntutan adanya proses pendidikan yang relevan
Adanya relevansi antara dunia pendidikan dengan kebutuhan masyarakat atau dunia kerja. Pendidikan dapat diperoleh dari sekolah maupun dari luar sekolah. Peranan pendidikan dan tingkat perkembangan manusia merupakan faktor yang dominan terhadap kemampuan untuk menanggapi masalah kehidupan sehari–hari. Tingkat kemajuan suatu bangsa juga dapat ditinjau dari tingkat pendidikan rakyatnya. Semakin baik tingkat pendidikan masyarakat, semakin maju pula bangsanya. Sebaliknya, semakin terpuruk dan rendahnya pendidikan rakyatnya, jangan diharapkan bangsanya akan maju. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa negara-negara maju sangat memperhatikan usaha pendidikan yang sesuai dengan kemajuan yang dicapai.
Sementara itu, di negara-negara yang sedang berkembang pendidikan mulai lebih diperhatikan setelah dalam waktu yang cukup lama kurang terurus sehingga masalah-masalah yang dihadapi pendidikan berlipat ganda dengan kompleksitas yang sangat rumit. Pemecahan masalah–masalah pendidikan yang kompleks itu dengan cara pendekatan pendidikan yang konvensional sudah dianggap tidak efektif lagi. Karena itulah inovasi atau pembaruan pendidikan sebagai perspektif baru dalam dunia kependidikan mulai dirintis sebagai alternatif untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang belum dapat diatasi dengan cara konvensional secara tuntas. Dengan demikian inovasi pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia kependidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan lebih pesat.